Topsumutpress.com – Satinah (46), merupakan salah satu eks Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang lolos dari hukuman mati di Arab Saudi. Dia bisa lolos dari jeratan hukuman mati setelah membayar denda.
Saat ditemui awak media di rumahnya Dusun Mrunten Wetan RT 03/RW 03, Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang,
Satinah tengah melihat televisi. Ia pun terus menceritakan kali pertama berangkat menjadi TKI di Arab Saudi pada tahun 1998, kemudian berangkat lagi pada tahun 2001.
Untuk periode sebelumnya, ia tidak menemui masalah. Namun pada keberangkatan ketiga ini, Satinah harus bertemu dengan majikan yang kondisinya sakit-sakitan dan sudah tua. Untuk itu, dia harus merawat dan menyiapkan menu makan setiap harinya.
Kemudian menginjak bulan ke-7, Satinah menemui masalah. Dia pun menceritakan kejadian yang dialami pada tanggal 7 Juni 2007.
Setelah menjalankan Salat Subuh, dia menjahit pesanan mukena yang akan diambil pada hari ini itu. Oleh karena itu hingga kesiangan mempersiapkan menu sarapan, namun rotinya belum jadi sehingga membuat majikannya marah.
“Saya bekerja dari majikan pertama kena masalah difitnah bikin sihir. Kemudian dipulangkan ke perwakilan, terus dapat majikan yang baru, tapi dijual selama kontrak dua tahun. Selama di situ, baru menginjak tujuh bulan, saya dapat masalah,” kata Satinah saat ditemui di rumahnya, Rabu (31/10/2018).
“Majikan itu kan punya penyakit komplikasi, sering marah-marah. Kalau marah-marah, apa yang didepannya itu dibanting. Dikasih teh panas dibanting, kopi juga dibanting. Saya pun sabar karena namanya pembantu. Saya menyadari, tapi lama-lama dia (majikan perempuan) semakin lupa diri melunjak. Marah seenaknya sendiri, apa-apa marah,” katanya.
Sebelum kejadian tersebut, kata dia, malamnya tidak tidur karena harus mengisi air di AC. Kemudian, sampai paginya majikannya tetap marah.
“Dia pukul pakai pengaris besi, saat saya sedang menjahit mengenai kepala. Saya capek mungkin lepas diri, saya balas dengan pukul pakai gilingan roti kelepasan saking emosinya dia (majikan) jatuh. Namanya orang sudah sakit, jadi kesakitan terus dibawa ke rumah nggak sakit nggak lama lagi dia meninggal,” tuturnya.
Pasca kejadian itu, Satinah mengakui, lari kemudian sekitar 10 menit bertemu dengan kantor polisi. Ia pun mengakui tidak mengetahui daerah tersebut hingga sampai di kantor polisi.
“Saya lari dari rumah, alhamdulillah dekat rumah sekitar 10 menit kantor polisi. Jadi saya, nggak tahu lika-liku daerah situ, saya lari juga takut, panik, jadi pas itu kantor polisi, ya alhamdulillah aman,” tuturnya.
Saat berada di kantor polisi tersebut, Satinah bukan bermaksud menyerahkan diri, melainkan mau minta surat pengantar mau pindah kerja.
Keliru Bawa Tas dan Ditahan
Namun demikian, ketika itu justru diinterogasi, bahkan ada keluarga majikan yang mencarinya. Bahkan saking paniknya, Satinah pun saat lari lupa dengan tas miliknya dan keliru mengambil tas milik majikannya.
“Saya kan orangnya nggak bisa bohong, saya ngomong terus terang. Tas yang saya bawa, tas majikan ada HP, ada uang, ada cincin, ada jam tangan, saya kaget ada uang banyak sekitar 37.000 real atau Rp 90 juta. Saya nggak tahu kalau di tas ada uang karena panik, saya nggak ngambil apa-apa dari tas itu. Saat digeledah, saya kaget, saya bilang maaf nggak tahu kalau ini uang majikan, saya nggak tahu, saya keliru, terus ditahan,” ujar dia.
Satinah menyebutkan, selama proses persidangan didampingi penerjemah dari Indonesia. Saat mulai memasuki persidangan tersebut, Satinah sempat menitipkan pesan kepada keluarganya di Semarang.
“Saya cuma nitip pesan kalau saya dipenjara, saya kehilangan kontak. Saya sementara nggak kerja, nggak bisa ngirim uang untuk anak saya yang masih sekolah. Saya hadapi dengan tegar, dengan kesabaran, mungkin kekhilafan saya, walaupun saya dibilang nggak salah, tapi tetap salah mengaku salah karena kematian itu mungkin dari tangan saya. Ya allah mungkin ngampuni saya karena kekhilafan karena membela diri,” ujarnya.
Satinah menegaskan, kedatangannya di Arab Saudi tidak memiliki rencana untuk membunuh orang atau cari celaka. Ia pergi ke Arab Saudi agar anak semata wayangnya bisa bahagia di hari tua.
“Saya nggak berencana ke Arab Saudi mau membunuh orang, mau cari celaka. Ke Arab Saudi, cuma mau pingin anak saya bisa bahagia di hari tuanya, bisa sekolah biar nggak jadi kayak ibunya cuma jadi pembantu. Saya cuma memperjuangan anak saya,” kata Satinah lirih sambil matanya berkaca-kaca.
Ada Pembelaan dari Pemerintah RI
Satinah mengakui, pengadilan di Arab Saudi menjatuhkan vonis hukuman mati. Sebelum itu pun sudah menjalani proses hukuman selama 7 tahun penjara. Hukuman mati itu semestinya dilakukan pada Januari 2012. Namun demikian ada pembelaan yang dilakukan pemerintah Indonesia.
“Saya datang mau mencari uang. Mau mencari uang untuk bekal masa depan anak saya. Saya bilang begitu,” ujar dia.
“Saya selama 7 tahun saya sehat walafiat, saya bisa bekerja. Salat malam nggak ketinggalan. Pokoknya selalu mendekatkan diri sama Allah, saya sudah pasrah kalau Allah menakdirkan saya mati di sana cuma ya Allah jangan sampai saya mati dengan pedangnya orang Arab. Saya pingin mati fisabilillah dengan kekuasan-MU ya Allah, walaupun saya rela, walau saya bilang iya, tapi kan hati saya tetap memohon sama Allah, tapi kan hati saya masih dimiliki sama Allah bukan dimiliki sama manusia,” ujarnya.
Bayar Uang Darah
Satinah mengaku, bisa bebas sampai di Indonesia karena berkat perjuangan KBRI yang mendukungnya. Selain itu, bisa mengambil hati majikannya dan mengampuni untuk menjatuhkan minta uang darah sebesar Rp21 miliar.
“Jadi di sana dari 7 juta real. Waktu itu, minta 10 juta real, terus ditawar-tawar akhirnya turun sampai 7 juta real. Uang itu dari presiden Rp 12 miliar, karena ngasih lebih, terus yang lain penggalangan dana,” ujar Satinah yang mengakui setelah uang darah dibayar, baru setahun kemudian bisa pulang sekalipun dalam kondisi sakit.
Anak semata wayang Satinah, Nur Afriana (24), mengaku, sudah empat kali ke Arab Saudi. Ia mengaku, bersyukur ibunya bisa kembali dan bertemu dengan keluarganya.
“Alhamdulillah ibu sudah kembali dan kondisinya sekarang membaik. Saya tiap bulan sekali mengantar ibu kontrol di RSUD Ungaran,” ujarnya. (*)
Sumber : detik.com
Discussion about this post